Semantik Bahasa Jawa


BAB I

PENDAHULUAN

  1. A. Latar belakang

Bahasa merupakan salah satu sarana manusia untuk berkomunikasi. Dengan bahasa, ntanusia lebih mudah dalam mengungkapkan gasan, ide, pendapat dan semuanya kepada orang lain. Melalui bahasa pula seseorang paham dengan apa yang dinginkan orang lain, sehingga orang tersebut tahu apa yang harus dilakukan atau direspon. Tidak dipungkiri lagi bahasa merupakan sarana penting dalam kehidupan sehari-hari manusia di bumi.

Bahasa sendiri wujudnya berupa simbol-simbol tulisan yang mempunyai makna. Terdapat ribuan bahasa yang tersebar di dunia, bahasa bahasa ini berfungsi selain sebagai alat komunikasi juga sebagai ciri penanda suatu daerah. Bahasa tidak hanya digunakan saja” akan tetapi banyak orang yang telah meneliti tentang bahasa dan ruang lingkupnya. Hingga saat ini bahasa masih dipelalari dan diteliti. Sedangkan ruang lingkup bahasa diantaranya adalah fonologi. sintaksis, semantik, sosiolinguistik” pragmatik, psikolinguistik, dll.

Dalam etika berbicara manusia tidak bisa seenaknya melontarkan kata-kata ketika berbicara dengan orang lain. Seseorang harus melihat situasi dan kondisi orang yang diajak berbicara. Harus melihat siapa lawan bicara, dimana, kapan pembicaraan dilakukan. Misalnya ketika seseorang akan membeli buku ditoko buku, tidak mungkin dia akan berkata, “Kulanuwunwun, pak! Buku menika menawi badhe kula tumbas, Piten rupiah reginipun? ” “Oh, kok awis, menapa kepareng kula nyang supados kula sage,t numbas.?” Walaupun konstruknya  benar, kalimat itu tidak sesuai dengan situasi. Kalirnat yang akan digunakannya mungkin seperli ini’. “Bukune pinten, pak? ” “angsal kirang?”, atau jika sudah langganan biasanya menggunakan bahasa yang lebih santai. ” lki pira pak? ” , ” pase pira?”.

Dengan melihat situasi dan kondisi, proses komunikasi dapat berjalan semestinya dan tidak salah tempat. Bahasa-bahasa yang digunakan diatas tersebut merpakan bagian dari variasi bahasa. Variasi bahasa dibagi menjadi empat yaitu ragam dialek, sosiolek, fungsiolek, dan kronolek. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai ragam fungsiolek disanping ragam-ragam lain sebagai pendamping.

 

 

B. Rumusan Masalah

1. Apakah variasi bahasa itu?

2, Apakah yang dimaksud dengan ragam Fungsiolek?

3, Apa saja macam Fungsiolek?

4, Bagairnana Ragam Fungsiolek Bahasa Jawa?

 

C. Tujnan

1. Menjelaskan ruang lingkup variasi bahasa.

2. Menjelaskan pengertian ragam Fungsiolek.

3. Menjelaskan macam Fungsiolek.

4. Meneielaskan ragam Fungsiolek Bahasa Jawa.

 

 

 

BAB II

ISI

Variasi Bahasa

Tanpa disadari bahasa yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari sangat bervariasi. Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penutumya yang tidak homogen. Variasi bahasa sendiri adalah bahasa yang digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk dalam satu masyarakat bahasa. Anggota suatu masyarakat bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Chaer dalam Ardhi (2007:14).

Sedangkan menurut Paul dalam Natsir (2009:l), Variasi bahasa adalah suatu wujud perubahan atau perbedaan dari berbagai manivestasi kebahasaan namun tidak bertentangan dengan kaidah kebahasaan. Variasi bahasa dipengaruhi oleh banyak hal seperti budaya, alam, status sosial, waktu, keadaan, dan lain sebagainya, Oleh sebab itu bahasa mempunyai bentuk-bentuk yang berbeda atau disebut ragam bahasa (language variety)’ Menurut Nababan (1987: 12) terdapat empat macam variasi bahasa berdasarkan faktor yang berhubungan atau sejalan dengan ragam bahasa itu, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor geografis, yaitu didaerah mana bahasa itu digunakan.

2. Faktor kemasyarakatan, yaitu golongar. sosiolek mana yang memakai bahasa itu.

3. Faktor situasi berbahasa, mencakup pemeran bahasa, tempat, topik, jalur bahasa itu.

4. Faktor waktu, yaitu dimana dan kapan bahasa itu dipakai.

 

 

Dari keempat faktor tersebut, maka variasi bahasa berdasarkan pemakaiannya dibedakan nrenjadi empat ragam bahasa yaitu:

a. Ragam Dialek

Ragam Dialek, yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada di suatu tempat atau area tertentu. Bidang stutii yang mempelajari tentang variasi bahasa ini adalah dialektologi. Ragam dialek berhubungan dengan daerah ternpat penutur didaerah tertentu. Misalnya bahasa Jawa mempunyai banyak dialek diantaranya dialek Banyumas, dialek Yogyakarta, dialek Surabaya.

b. Ragam Sosiolek

Adalah ragam bahasa yang berkaitan dengan golongan susial penuturnya. Misalnya bahasa golongan bangsawan, pertanian, mahasiswa mempunyai ciri-ciri bahasa masing-masing.

c. Ragam Fungsiolek

Adalah ragarn bahasa yang berkaitan dengan situasi berbahasa, siapa pemeran bahasa, serta topik dan jalur (tulisan, lisan dan sebagainya) bahasa tersebut. Akan dibahas lebih lengkap dalam subbab berikutnya.

d. Ragam Kronolek

Adalah ragam bahasa yang berhubungan dengan perubahan bahasa dalam berlalunya waktu. Bahasa yang digunakan dari waktu kewaktu tidak mesti sama, terkadang ada pergeseran atau perubahan penggulaan bahasa.

 

 

 

 

Pengertian Ragam Fungsiolek

Variasi bahasa berkenaan dengan pengguna, pemakai atau fungsinya disebut fungsiolek, ragam atau register. Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan dan sarana penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa Misalnya, bidang sastra, jurnalistik, pertanian, militer, pelayaran, pendidikan, dsb.

Fungsiolek adalah variasi bahasa yang berhubungan dengan situasi berbahasa dan tingkat formatalitasnya yang dalam penggunaan bahasanya ditentukan oleh fungsi bahasa itu. Siapa pemeran serta bahasa serta topi dan jalur (tulisan, lisar. dan sebagainya) berbahasa itu. Dari faktor-faktor tersebut dapat diketahui ragan bahasa apa yang digunakan seseorang untuk berbicara dalam suatu keadaan tertentu. Contohnya dalam bergaul dengan teman dekat biasanya akan muncul kata, ‘kowe’, ‘aku’, sedangkan Saat berbicara dalam pidato kata-kata yang digunakan bukan ‘kowe ‘tetapi ‘panjenengan sedaya’.

 

 

  1. Macam Ragam Fungsiolek

Menurut Martin Joos dalam Nababan (1987:12), ragam Fungsiolek dibagi menjadi lima macam gaya (ragam), yaitu ragam haku (frozen); ragam resmi (formal; ragam usaha (konsultatif); ragam santai (casual); ragam akrab (inlimate).

  1. Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi khidmat dan upacara resmi juga digunakan dalam buku-buku suci dan dokumen bersejarah. Misalnya, dalam undang-undang, akte notaris, sumpah, dsb.

 

Contoh penggunaan dalam sumpah Dasadarma Pramuka:

Dasadarma Pramuka, pramuka itu:

l. Taqwa lerhadap tuhan yang Maha Esa

2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia

Ciri lain dalam ragam beku ini adalah pengucapan dan pelafalan kata yang terdengar sangat kaku dan tegas.

b. Ragam resmi adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, ceramah, dsb. Bahasa dalam ragam resmi cenderung menggunakan bahasa-bahasa formal. Contoh ragam resmi yang terdapat dalanr pidato Bahasa Jawa,

“Puja hastuli syukur tansah kunjuk mring pangeran, awit sadaya kanugrahan ingkang sampun rumenthah, saingga kita sadaya saget kempal nyawiji wonten adicara menika kanthi nggayuh karaharjan… ”

Bahasa yang digunakan dalam pidato tersebut sangat resmi dan tidak digunakan dalam percakapan sehari-hari.

c.  Ragam usaha adalah variasi bahasa yang lazim digunakan pembicaraan biasa di sekolah, perusahaan, rapat-rapat, ataupun pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi dan dalam tingkat yang paling operasional. Contoh penggunaan ragam usaha ketika guru mengajar dalam kelas:

“Mangga kita wiwiti pepanggihan menika kanthi dedongan sesarengan, kala wingi sampun sinau babagan Aksara jawa, samenika. kita badhe sinau tembang Macapat.

Bahasa yang digunakan dalam ragam usaha merupakan gabungan antara fornal dengan informal atau santai, dengan tujuan agar apa yang ingin disampaikan dapat diserap, tetapi orang yang diberi informasi tetap santai dan tidak tegang.

d. Ragam santai adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman pada waktu beristirahat, berolahraga, berekreasi, dsb. Ragam ini banyak menggunakan bentuk alegro, yakni bentuk ujaran yang dipendekkan. Misalnya sesoorang bertanya tentang tugas kepada tentannya,

” He, wis garap Pragmatik?” teman yang diajak berbicara sudah paham bahwa temannya bertanya apakan dia sudah mengerjakan tugas matakuliah Pragmatik, maka dengan spontan ia akan menjawab, “wis” jika sudah dan “urung ” jika belum mengerjakan.

e. Ragam akrab adarah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antar anggota keluarga, atau teman karib. Ragam ini menggunakan bahasa yang tidak lengkap dengan artikulasi yang tidak jelas, cukup dengan ucapan-ucapan pendek. Hal ini disebabkan oleh adanya saling pengertian dan pengetahuan satu sama lain. Dalam ragam ini banyak dipergunakan bentuk dan istilah khas bagi suatu keluarga atau kelompok. Orang-orang yang menggunakan ragam akrab ini biasanya memilih bahasa-bahasa unik tertentu yang mereka ciptakan seperti misalnya bahasa Slang.

Slang adalah bahasa yang diciptakan suatu kelompok sebagai ciri penanda dan sebagai identitas mereka, slang menggunakan rumus-rumus tertentu sebagai patokan bahasa yang mereka gunakan. Misalnya bahasa slang yang sudah terkenal adalah penggunaan kata ‘dab’ yang berarti ‘mas’, rumus yang digunakan adalah aksara Jawa yang mempunyai empat baris, caranya dengan menukar huruf-huruf di baris pertama dengan baris ketiga dan baris kedua dengan baris keempat, begitu pula sebaliknya.

 

 

Ragam Fungsiolek Bahasa Jawa

Rahasa Jawa juga memiliki ragam fungsiolek. Dilihat dari ragarn bahasa yang ada, bahasa Jawa mempunyai ragam yang disebut undha usuk. udha usuk ini dibagi menjadi dua yaitu bahasa ngoko dan krama.

a. Bahasa Ngoko

Bahasa ngoko digunakan untuk berbicara dengan orang yang sebaya atau orang yang sudah akrab, bisa juga digunakan oleh orang yang kedudukannya lebih tinggi untuk berbicara kepada bawahnnya. Dalam ragam fungsiolek menurut Martin Joos, bahasa ngoko dapat diterapkan dalam ragam santai dan akrab. Misalnya berbicara dengan teman sebaya: “Sapa sik jupuk bukuku ning meja kae Bud?”

b. Bahasa Krama

Bahasa krama digunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua (umur maupun kekerabatan) dan tinggi kedudukannya, juga ketika berhicara dengan orang yang belum kenal. Bahasa kromo berfungsi sebagai wujud menghargai dan menghormarti orang yang diajak berbicara. Bahasa krama dibagi menjadi dua yaitu krama madya dan krama inggil.

1 Krama madya

Madya artinya tengah, jadi bahasa ini terletak di tengah-tengah antara bahasa ngoko dan krama. Penggunaan bahasa ini terbatas untuk berbicara dengan orang tua atau yang dituakan akan tetapi sifat hubunganya sudah akrab. Dalam kalimat, krama madya bisanya bercampur dengan ngoko bisa juga dengan krama inggil. Misalnya adik berbicara dengan kakaknya: “Mas, mbok benjing aku diterke teng pasar tumbas sepatu”.

Kalimat tersebut merupakan gabungan dari kama yaitu ‘benjing’; krama madya yaitu ‘tumbas, ‘teng ‘; dan ngoko yaitu ‘aku’, ‘diterke’. Krama madya ini digunakan juga dalam ragam santai.

2. Krama inggil

Inggil yang berarti tinggi atau atas, digunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih tinggi usia ataupun kedudukannya, ataupun dalam keadaan dan situasi fomral. Jika dihubungkan dengan ragam bahasa menurut Martin Joos, krama inggil biasa digunakan dalam ragam beku, resmi, juga ragam usaha. Dalam pidato acara-acara resmi seperti pernikahan, khitanan, pengajian dll, masyarakat biasanya menggunakanbahasa krama inggil. Misalnya “lngkang kinurmatan bapak Paijo sakulawarga ingkang tansah bagyamulya, para pepundhen sesepuh miwah pinisepuh ingkang satuhu kinabekten, saha para tamu ingknng minulya…”

Selain digunakan dalam acara-acara resmi, bahasa krama inggil juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Yaitu untuk berbicara dengan orang yang lebih tua tau dituakan dan berkedudukan tinggi. Misal cucu berbicara dengan neneknya, “Simbah sampun dhahar? “ namun kalimat tersebu tidak boleh digunakan untuk menyebutkan dirinya sendiri “Kula sampun dhahar,” Kalimat tersebut benar menurut struktur bahasa, namun secara aturan tidak tepat karena telah mengkramakan dirinya sendiri, dalam artian telah menghormati dirinya sendiri. Sehingga kalimat yang tepat seharusnya“kula sampun maem.” Hal tersebut merupakan keunikan bahasa Jawa yang mempunyai aturan tertentu dalam ujaran sesuai dengan situasi dan kondisi seseorang saat berbicara atau dikenal dengan istilah “mpan mapan” bisa menyesuaikan diri dengan keadaan.

 

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.

2. Variasi bahasa dibagi menjadi empat yaitu ragam dialek, sosiolek, fungsiolek, dan kronolek.

3. Ragam Fungsiolek adalah ragilm bahasa yang berkaitan dengan situasi berbahasa, siapa pemeran bahasa, serta topik dan jalur (tulisan, lisan dan sebagainya) bahasa terscbut. Akan dibahas

4. Ragam Fungsiolek dibagi meniadi lima macam gaya (ragam), yaitu ragam beku (flozen); ragam resmi (formal); ragam usaha (konsultatif); ragam saniai (casual); ragam akrab (intimate).

5. Ragam fungsiolek Bahasa Jawa dibagi menjadi dua yaitu bahasa ngoko dan krama.

 

Sasaran

Bahasa selain sebagai alat komunikasi juga merupakan cermin bangsa. Sebagai generasi muda penerus bangsa, alangkah baiknya diera globalisasi ini selain beklajar mengenal bahasa asing sebagai bahasa internasional juga mau menggunakan dan mempelajari bahasa nasional serta bahasa daerah, Jangan pernah malu menggunakan bahasa daerah sendiri, sebab bahasa tersebut merupakan hasil karya nenek moyang kita terdahulu. Gunakan bahasa sesuai dengan situasi dan kondisi yang tepat, harus bisa”mpan papen” menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana kita berada, sehingga kita akan dihargai oleh orang lain,

 

Tinggalkan komentar